Gaya Boomer dalam Dunia Start-Up: Antara Relevan dan Usang

Gaya Boomer dalam Dunia Start-Up: Antara Relevan dan Usang

Gaya Boomer dalam Dunia Start-Up: Antara Relevan dan Usang

Dalam dunia start-up, ada beberapa gaya yang umum digunakan oleh perusahaan untuk mengembangkan produk atau layanan baru. Salah satu gaya ini adalah gaya “Boomer”, yang diwariskan dari generasi Baby Boomer yang lebih tua. Namun, apakah gaya ini masih relevan dan efektif dalam dunia start-up modern?

Definisi Gaya Boomer

Gaya Boomer biasanya didefinisikan oleh beberapa karakteristik, seperti fokus pada keamanan dan ketidakpastian yang tidak signifikan. Contoh dari gaya ini adalah perusahaan yang memilih untuk menginvestasikan dalam teknologi yang sudah ada, daripada mencari inovasi baru. Mereka juga cenderung lebih konservatif dalam membuat keputusan bisnis.

Contoh Gaya Boomer di Dunia Start-Up

  • Pemilihan teknologi yang sudah ada, seperti menggunakan platform e-commerce yang sudah ada.
  • Konservasi dalam membuat keputusan bisnis, misalnya tidak mau mengambil risiko baru.
  • Fokus pada keamanan daripada inovasi.

Contoh dari gaya ini adalah perusahaan yang memilih untuk menggunakan platform e-commerce seperti Shopee atau Tokopedia, daripada membuat platform sendiri. Mereka juga cenderung lebih konservatif dalam membuat keputusan bisnis, misalnya tidak mau mengambil risiko baru.

Kelebihan dan Kekurangan Gaya Boomer

Kelebihan dari gaya ini adalah bahwa perusahaan dapat memanfaatkan teknologi yang sudah ada untuk meningkatkan efisiensi dan keamanan. Namun, kekurangannya adalah bahwa perusahaan mungkin tidak mau mengambil risiko baru, sehingga tidak dapat bersaing dengan perusahaan lain.

Contoh Perusahaan yang Menggunakan Gaya Boomer

Perusahaan-perusahaan seperti PT. Mitravisindo dan PT. Kintamani Indonesia yang menggunakan gaya ini karena mereka lebih fokus pada keamanan daripada inovasi.

Bahkan, beberapa perusahaan bahkan mengatakan bahwa gaya Boomer tidak lagi relevan dalam dunia start-up modern. Mereka percaya bahwa untuk bersaing, perusahaan harus mau mengambil risiko baru dan mencari inovasi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *